Lahir
pertama dan menjadi limpahan perhatian dan kasih sayang, Si Sulung juga ibarat
“proyek experimental” ayah-bunda. Maklum, anak pertama dan orangtua masih
miskin pengalaman.
Dalam
pengasuhan anak yang jumlahnya lebih dari satu, tidak ada orangtua yang
konsisten memperlakukan anaknya persis sama. Secara instink mereka
cenderung membedakan anak berdasarkan urutan kelahiran. Misalnya, orangtua
memberi tanggung jawab lebih besar kepada anak sulung karena dianggap
lebih tua, lebih kuat, dan lebih berpengalaman. Mereka memberi lebih banyak
kelonggaran kepada anak bungsu karena dianggap paling muda, paling lemah,
karena itu harus dilindungi.
Psikolog Dr Kevin Leman dalam bukunya “The Birth Order Book; Why You Are The Way You Are,” membagi dua tipe anak sulung. Meski sama-sama suka mengontrol dan mengendalikan, sulung tipe pertama melakukannya dengan gaya mengasuh yang lemah lembut. Sedangkan sulung tipe kedua adalah penggerak yang agresif, cenderung memaksa orang-orang di sekitarnya.
Karakteristik Si Sulung
- Pemimpin alamiah, kebanyakan berbakat menjadi politisi, direktur , atau juru bicara perusahaan.
- Bercita-cita tinggi, bisa menyusun target dan mencapainya.
- Suka pilih-pilih
- Akurat, menaruh perhatian pada detail dan ingin selalu sempurna saat bekerja.
- Terorganisir dan kompeten
- Tepat waktu
- Ingin selalu merasa terkendali, kurang suka kejutan.
- Suasana hati gampang berubah
- Kurang sensitif.
- Sulit menerima kata ‘tidak”
- Memiliki kemampuan mengintimidasi
- Kadang-kadang terkesan serba tahu.
- Cenderung bossy, dan merasa dirinya selalu benar.
- Bertanggung jawab dan menjaga peraturan
- Jika merasa ditolak, bentuk protesnya adalah melanggar peraturan
- Selalu berusaha menyenangkan orang lain, khususnya ayah-ibu. Sebisanya tidak akan berkata “tidak” atau tidak setuju karena tidak mau mencari gara-gara.
- Kurang bisa mendelegasikan tugas karena ingin yakin segalanya dikerjakan dengan benar.
Idealnya,
pola asuh terhadap anak sulung, tengah dan bungsu tidak dibeda-bedakan.
Orangtua harus memberi limpahan perhatian dan kasih sayang yang sama
porsinya kepada mereka. Begitu juga peluang, harapan dan
ambisi, tidak boleh ditujukan kepada anak semata-mata berdasarkan urutan
lahirnya, melainkan harus melihat potensi, bakat dan minat masing-masing anak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar